Bismillahirrohmaanirrohim,
PENGHANTAR
THIBBUN NABAWI
Sungguh, segala
puji hanyalah milik Allah, kita memuji, memohon, pertolongan dan ampunan Nya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal
perbuatan kita.
Alhamdulillah,
kesadaran kita terhadap pentingnya memelihara kesehatan di keluarga semakin
meningkat terutama setelah kita memahami bahwa hal tersebut bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari Aqidatul Islamiyyah yang telah kita
tanamkan sejak dari dahulu dalam diri dan keluarga kita.
Di sisi lain
kemajuan zaman bersama kecanggihan tekhnologinya yang sejatinya memakmurkan dan
menyelamatkan umat manusia telah berubah menjadi monster jinak yang membunuh
sendi-sendi Aqidatul Islamiyyah melalui topeng pengobatan modern.
Lama-lama kita
sadar, bahwa tidak ada satu aspek kehidupanpun apalagi aspek pengobatan yang
dapat begitu saja dipisahkan dari tinjauan Kitabullah wa Sunnaturrosul.
Kita pernah
dengar ada sebuah kitab yang bernama
”Thibbun
Nabawi”
Kaya apa,
bagaimana mengaplikasikannya serta apa mungkin kita dapat menjadi pengamal dari
ilmu kedokteran Nabi SAW yang mulia tersebut di tengah-tengah masyarakat
manusia yang semakin mekanik kejahiliyahannya.
Kemudian
dipastikan adalah wajib bagi kita untuk meresensi dan mengedukasi apa itu ”Thibbun Nabawi”.
SIKAP NABI SAW
Nabi Muhammad
saw lebih mengkhawatirkan rangkaian fitnah sebelum munculnya fitnah Dajjal yang
terjadi di tengah ummat Islam. Nabi sampai menyatakan bahwa barangsiapa dapat
menyelamatkan diri dari segenap rangkaian fitnah tersebut berarti ia sangat
potensial untuk dapat selamat dari fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman,
yaitu fitnah Dajjal.
عَنْ
حُذَيْفَةَ قَالَ ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ
لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
وَلَنْ
يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ
مُنْذُ
كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Suatu ketika ihwal Dajjal
dibicarakan di hadapan Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh
fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan
tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal
melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat
sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka
menyongsong fitnah Dajjal.”
(HR Ahmad V/389)
Sebelum Dajjal muncul untuk menebar
fitnah dan kekacauan ke seluruh dunia, maka dunia sudah sangat heboh dengan
hadirnya aneka fitnah di segenap lini kehidupan seolah menyambut kedatangan
puncak fitnah, yaitu Dajjal. Nabi menjamin tiada seseorang yang dapat
selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula
darinya (Dajjal). Artinya, barangsiapa sebelum kedatangan Dajjal sudah
cukup sensitif dan cukup cerdas untuk membentengi diri dan keluarganya dari
berbagai fenomena kehidupan modern yang pada umumnya sudah mengalami
kontaminasi nilai, maka sangat besar kemungkinan iapun bakal selamat dari
puncak fitnah, yaitu Dajjal. Dan tentu sebaliknya pun bakal terjadi, yaitu
barangsiapa yang terjebak oleh satu apalagi lebih rangkaian fitnah sebelum
keluarnya Dajjal, berarti ia telah menyebabkan diri dan keluarganya
terperangkap ke dalam puncak fitnah yaitu Dajjal.
Rangkaian fitnah sebelum munculnya Dajjal meliputi segenap aspek kehidupan manusia. Ia mencakup fitnah ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hiburan, informasi, medis, militer, pendidikan, hukum, pertahanan-keamanan. Potensi seseorang terjebak kepada salah-satu fitnah sebelum Dajjal sangat menentukan seberapa jauh -pada gilirannya- ia bakal selamat atau malah ikut terjerat ke dalam fitnah Dajjal. Jeratan rangkaian fitnah akan mengincar setiap orang sesuai kecenderungan dirinya. Ada yang terjerat oleh fitnah ideologi, ada yang terjerat oleh fitnah politik, ada yang terjerat oleh fitnah hiburan atau informasi.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengangkat soal jeratan fitnah medis modern. Ahmad Thomson menulis dalam kitabnya Sistem Dajjal bahwa aspek medis modern termasuk salah satu pilar yang menopang beroperasinya Sistem Dajjal. Coba perhatikan cuplikan tulisan beliau di bawah ini:
Rangkaian fitnah sebelum munculnya Dajjal meliputi segenap aspek kehidupan manusia. Ia mencakup fitnah ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hiburan, informasi, medis, militer, pendidikan, hukum, pertahanan-keamanan. Potensi seseorang terjebak kepada salah-satu fitnah sebelum Dajjal sangat menentukan seberapa jauh -pada gilirannya- ia bakal selamat atau malah ikut terjerat ke dalam fitnah Dajjal. Jeratan rangkaian fitnah akan mengincar setiap orang sesuai kecenderungan dirinya. Ada yang terjerat oleh fitnah ideologi, ada yang terjerat oleh fitnah politik, ada yang terjerat oleh fitnah hiburan atau informasi.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengangkat soal jeratan fitnah medis modern. Ahmad Thomson menulis dalam kitabnya Sistem Dajjal bahwa aspek medis modern termasuk salah satu pilar yang menopang beroperasinya Sistem Dajjal. Coba perhatikan cuplikan tulisan beliau di bawah ini:
”Selama lima puluh tahun terakhir,
sistem rumah sakit kafir termasuk salah satu bagian yang penting dalam proses
produsen-konsumen. Sistem ini didirikan untuk menjaga kesehatan masyarakat agar
selalu siap bekerja. Padahal justru akibat cara hidup masyarakat yang wajib
berpijak pada tata-cara proses produsen-konsumen, maka muncul berbagai
penyakit. Sistem kafir, yaitu sistem Dajjal, menciptakan penyakit-penyakitnya
sendiri, dengan demikian menciptakan kerja bagi mereka yang bekerja di sistem
rumah sakit.
Sistem rumah sakit dijalankan bak
sebuah bisnis. Semua orang diupah untuk pekerjaannya. Banyak sekali orang yang
menggantungkan kelangsungan hidupnya pada sakitnya orang lain – dan dengan cara
hidup yang mau tak mau muncul dan berkembang akibat cara kerja negara
produsen-konsumen modern, maka terjaminlah pasokan orang sakit dalam jumlah
yang sangat besar, cukup untuk menyibukkan dan melestarikan bisnis sistem rumah
sakit, sekaligus menjamin adanya pekerjaan yang langgeng dan menguntungkan bagi
begitu banyak bisnis terkait lainnya, yang memasok peralatan dan obat-obatan ke
rumah sakit-rumah sakit dan dokter-dokter.”
Jadi, sistem medis modern pada hakikatnya berdiri di atas fondasi faham materialisme. Ia merupakan sebuah bisnis yang beroperasi dengan proses produsen-konsumen. Sistem medis modern sejatinya tidak bermaksud untuk benar-benar menyembuhkan masyarakat dari berbagai penyakit yang mereka derita. Ia mengandalkan obat-obatan kimiawi yang sesungguhnya dibuat dari zat-zat toxic (racun) yang malah menimbulkan berbagai problem baru bila dikonsumsi pasien. Perhatikan lebih lanjut tulisan Ahmad Thomson berikut ini:
”Sebagaimana sistem pabrik dan sistem pendidikan kafir,
sistem medis kafir dijalankan bak sebuah bisnis. Sistem medis kafir tak begitu
peduli pada penyembuhan dan apa yang bermanfaat atau tidak. Bahkan merupakan
sebuah bisnis besar bagi perusahaan-perusahaan farmasiyang memasok
obat-obatan dan peralatannya, seraya memelihara beribu-ribu pekerja yang
dikaryakan untuk menambal para pasien, agar mereka pun bisa dikaryakan. Kini,
kita lebih sering mendengar mahasiswa kedokteran berbicara mengenai
gaji-gaji besar yang mereka cita-citakan – apabila telah lulus ujian dan
mendapat secarik kertas – dibanding dengan berbicara mengenai cita-cita mereka
untuk menyembuhkan banyak manusia, atau berbicara mengenai bagaimana cara mencapai
penyembuhan tersebut.”
Padahal jelas Nabi Muhammad bersabda bahwa bagi setiap penyakit ada penawarnya, kecuali penyakit usia lanjut. Dan Nabi melarang untuk berobat dengan zat yang diharamkan Allah.
"Mereka (para sahabat) bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kami berobat?" Beliau menjawab, "Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun)". (HR. Ashabussunnah)
Rasulullah bersabda: ”Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan atas kamu.” (HR. Al-Baihaqi)
Oleh karena itu kita sangat heran melihat bagaimana para dokter medis modern begitu royal menulis resep berupa antibiotik kelas berat bagi para pasiennya. Namun bilamana anak atau keluarganya sendiri yang sakit sang dokter sedapat mungkin menghindari memberikan antibiotik kepada mereka. Sebab sesungguhnya ia sangat mengerti betapa berbahayanya zat-zat yang terkandung di dalam antibiotik tadi. Sehingga Ahmad Thomson selanjutnya menulis:
Padahal jelas Nabi Muhammad bersabda bahwa bagi setiap penyakit ada penawarnya, kecuali penyakit usia lanjut. Dan Nabi melarang untuk berobat dengan zat yang diharamkan Allah.
"Mereka (para sahabat) bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kami berobat?" Beliau menjawab, "Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun)". (HR. Ashabussunnah)
Rasulullah bersabda: ”Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan atas kamu.” (HR. Al-Baihaqi)
Oleh karena itu kita sangat heran melihat bagaimana para dokter medis modern begitu royal menulis resep berupa antibiotik kelas berat bagi para pasiennya. Namun bilamana anak atau keluarganya sendiri yang sakit sang dokter sedapat mungkin menghindari memberikan antibiotik kepada mereka. Sebab sesungguhnya ia sangat mengerti betapa berbahayanya zat-zat yang terkandung di dalam antibiotik tadi. Sehingga Ahmad Thomson selanjutnya menulis:
”Nabi Muhammad pernah menerima kiriman abat-obatan mahal
dari Mesir. Beliau mengembalikannya beserta sebuah pesan yang menyatakan bahwa
cara hidup beliau adalah obat dan pengobatan yang terbaik. Begitu sempurnanya
keseimbangan hidup beliau, sehingga beliau hanya pernah menderita sakit ketika
ada yang berusaha meracuni makanan beliau atau berusaha menyihir beliau. Nabi
Muhammad saw bersabda bahwa bila hati baik maka seluruh tubuh akan baik, dan
bila hati rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh.”
Di samping itu kita juga tahu bahwa bentuk pengobatan cara Nabi ialah mengkonsumsi zat-zat natural dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (herbal) seperti habbatus-sauda (jintan hitam) atau aneka madu serta hijamah (berbekam). Sangat kontras dengan medis modern yang mengandalkan obat-obatan kimiawi yang banyak mengandung side-effects yang sangat berpotensi merusak ginjal, lever dan pada akhirnya jantung.
Mindset umat manusia sangat diarahkan untuk bergantung kepada sistem medis modern. Sedikit-sedikit pergi ke dokter manakala sakit. Sedikit-sedikit minum obat analgesik begitu pusing atau demam. Pada saat yang bersamaan para pekerja medis modern itu telah di-brain-wash untuk memandang sebelah mata akanThibbun-Nabawy (sistem pengobatan ala Rasulullah). Para dokter ditanamkan kecurigaan dan kesangsian mereka akan praktek berbekam ala Nabi, misalnya. Kalaulah yang ragu dan sangsi dari kalangan dokter non-muslim kita masih bisa maklumi. Tapi yang jadi masalah disini ialah keraguan yang muncul dari para dokter muslim bahkan sering hadir di pengajian...! Sungguh dahsyat rangkaian fitnah yang merebak sebelum datangnya puncak fitnah, yakni Dajjal.
Ya Allah kami berlindung kepadaMu dari rangkaian fitnah yang merebak sebelum datangnya puncak fitnah, yaitu Dajjal. Ya Allah tunjuki kami jalan-jalan keluar dari setiap fitnah yang datang menggoda hidup kami. Amin ya Rabb.
Di samping itu kita juga tahu bahwa bentuk pengobatan cara Nabi ialah mengkonsumsi zat-zat natural dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (herbal) seperti habbatus-sauda (jintan hitam) atau aneka madu serta hijamah (berbekam). Sangat kontras dengan medis modern yang mengandalkan obat-obatan kimiawi yang banyak mengandung side-effects yang sangat berpotensi merusak ginjal, lever dan pada akhirnya jantung.
Mindset umat manusia sangat diarahkan untuk bergantung kepada sistem medis modern. Sedikit-sedikit pergi ke dokter manakala sakit. Sedikit-sedikit minum obat analgesik begitu pusing atau demam. Pada saat yang bersamaan para pekerja medis modern itu telah di-brain-wash untuk memandang sebelah mata akanThibbun-Nabawy (sistem pengobatan ala Rasulullah). Para dokter ditanamkan kecurigaan dan kesangsian mereka akan praktek berbekam ala Nabi, misalnya. Kalaulah yang ragu dan sangsi dari kalangan dokter non-muslim kita masih bisa maklumi. Tapi yang jadi masalah disini ialah keraguan yang muncul dari para dokter muslim bahkan sering hadir di pengajian...! Sungguh dahsyat rangkaian fitnah yang merebak sebelum datangnya puncak fitnah, yakni Dajjal.
Ya Allah kami berlindung kepadaMu dari rangkaian fitnah yang merebak sebelum datangnya puncak fitnah, yaitu Dajjal. Ya Allah tunjuki kami jalan-jalan keluar dari setiap fitnah yang datang menggoda hidup kami. Amin ya Rabb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar